Tuesday, December 18, 2007

Budaya Kerja Bangsa Jepang

Malaysia memperkenalkan asas memandang ke Timur pada awal era 1980-an dengan menjadikan Jepang sebagai contoh.

Bangsa Jepang dikenal sebagai bangsa terproduktif di dunia. Mereka juga berhasil membangun negaranya dari sisa-sisa keruntuhan dan kehancuran. Mereka terkenal dengan sikap rajin dan pekerja keras. Jadi, tidak heran jika pekerja Jepang mampu bekerja dalam waktu yang panjang tanpa mengenal lelah, bosan, dan putus asa. Mereka bukan hanya mampu bekerja dalam jangka waktu yang lama, melainkan juga mampu mencurahkan perhatian, jiwa, dan komitmen pada pekerjaan yang dilakukannya. Karakter dan budaya kerja keras merupakan faktor penting keberhasilan bangsa Jepang dalam bidang ekonomi, industri, dan perdagangan.

Bangsa Jepang tidak menganggap tempat kerja hanya sekadar tempat mencari makan, tetapi juga menganggapnya sebagai bagian dari keluarga dan kehidupannya. Kesetiaan mereka pada perusahaan melebihi kesetiaannya pada keluarga sendiri. Mereka selalu berusaha memberikan kinerja terbaik pada perusahaan, pabrik, atau tempat mereka bekerja. Budaya kerja seperti itu tidak lahir dan terwujud dengan begitu saja. Budaya itu dipupuk dan dilatih selama berabad-abad, sehingga akhirnya mengakar dalam pemikiran dan jiwa mereka.

Di Jepang, setiap pekerja mengetahui tugas dan perannya di tempat kerja. Mereka tidak bekerja sebagai individu, tetapi dalam satu pasukan, sehingga tidak ada jurang yang tercipta di antara mereka. Mereka tidak bersaing, tetapi bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas. Di Jepang, semua pekerja tidak memandang pangkat dan berada pada kedudukan yang sama.

Jabatan tinggi atau rendah tidak penting dalam etika dan pengelolaan kerja bangsa Jepang. Di tempat kerja, meja pegawai dan atasan diletakkan dalam suatu ruang terbuka tanpa pemisah. Tidak ada dinding pemisah seperti kebanyakan ruang kantor di Indonesia.

Pengelola tidak dipisahkan dari bawahan mereka. Tidak ada ruangan khusus untuk golongan pengelola. Tempat duduk dan meja di susun dan diletakkan berdekatan dengan pengelola bagiannya agar memudahkan bawahannya menghubungi mereka. Dengan demikian, mereka dapat berinteraksi, berkomunikasi, dan bertukar pendapat kapan saja.

Susunan ruangan kantor seperti itu bukan agar atasan mengawasi bawahannya. Melainkan lebih berfungsi sebagai tempat dan saluran untuk berbincang dan bertukar pandangan. Walau begitu, duduk dalam keadaan rapat tidak digunakan untuk membicarakan hal yang tidak berguna. Mereka hanya berbicara dan bercanda setelah jam kerja.

Cara yang digunakan bangsa Jepang adalah salah satu cara membentuk dan menjalin hubungan erat antar pekerja. Semua pekerja mempunyai tugas dan tanggung jawab penting, sehingga mereka tidak merasa asing.
Selain itu, antar sesama, mereka memiliki ikatan emosi yang kuat. Begitu juga dengan rasa sentimen dan keterikatan mendalam terhadap perusahaan, pabrik, dan tempat kerja mereka.

o Karakter dan budaya kerja keras merupakan faktor penting keberhasilan bangsa Jepang dalam bidang ekonomi, industri dan perdagangan.

o Jabatan tinggi atau rendah tidak penting dalam etika serta pengelolaan kerja bangsa Jepang.

o Orang Jepang mau kerja lembur meskipun tidak dibayar.

Sumber: Retno Kintoko dari buku Rahasia Bisnis Orang Jepang - Ann Wan Seng
Milis : InspirasiIndonesia@yahoogroups.com