Friday, November 2, 2007

ETOS

Etos, buat Weber - seorang ahli sosiologi - memang bukan sembarang kata.

Dalam bahasa Weber, maju tidaknya suatu bangsa sedikit banyak dipengaruhi oleh etos kerja setempat yang lebih dikenal sebagai four categories of "ideal types" of behavior. Keempatnya adalah :

  • zweckrational (rational means to rational ends),
  • wertrational (rational means to irrational ends),
  • affektual (guided by emotion), dan
  • traditional (guided by custom or habit).

Itulah mengapa, dalam kegiatan bisnis, orang Jepang terlihat begitu kejam terhadap dirinya. Orang Jerman pun sama saja, begitu disiplin dengan hatinya. Sementara orang Inggris, begitu disiplin dengan waktunya. Di negara-negara tersebut keempat "ideal types" berbaur menjadi satu. Dus, tak usah heran jika pebisnis. Jepang tampil elegan bak Musashi. Sementara eksekutif Jerman tampil ekspansif bak Siegfried. Dan pebisnis Inggris tampil optimis bak Laksamana Nelson.

Untuk Indonesia, rasanya sama saja. Begitu banyak perusahaan multinasional ternama hadir meramaikan blantika bisnis di Indonesia. Etos kerja mereka, tak diragukan lagi. Sumber daya manusianya, apa lagi. Malah, dalam beberapa kasus, melalui divestasi di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan Kementerian BUMN, mereka mampu tampil sebagai juragan pembeli saham perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Pendek kata, persis seperti kata ekonom E.F. Schumacher dalam bukunya Small is beautiful, bahwa pembangunan tidak dimulai dengan barang, tetapi dimulai dari manusia. Demikian pula apa kata Mohammad Sobary, bahwa etos kerja yang baik tanpa diimbangi dengan pengetahuan ekonomi (seperti apa produk yang disukai pasar, apa hambatan usaha yang ada, dan siapa pesaing-pesaingnya) serta keterampilan organomanajerial (seperti bagaimana memobilisasi modal, menjalankan perusahaan secara efisien), tidak akan tampil optimal.

Sumber: Majalah Prospektif/Februari 2004 (www.prospektif.com/terkini/artikel)

No comments: