Friday, November 2, 2007

Etos Kerja & Keunggulan Sebuah Bangsa

Majalah Asiaweek baru baru ini telah membuat ranking kota kota seluruh Asia, sekaligus juga statistik perekonomiannya berdasarkan "good governance" (pemerintahan yang baik).

Alangkah sedihnya kita melihat Jakarta termasuk keenam dari bawah di antara 40 kota yang diteliti secara ilmiah berdasarkan 8 tolok ukur: Rule of Law, Transparansi, Responsif, Konsensus, Kemerataan, Efektif dan Efisiensi, Visi strategis.

Jepang merebut nomor 1 sampai 3: Tokio, Fukuoka dan Osaka.

Nomor wahid di Asia adalah Tokio, Fukuoka (Jepang), Osaka (Jepang), Singapura, Taipeh, Georgetown (Penang), Hongkong, Bandar Seri Begawan (Brunei), Kualalumpur, Beijing, demikianlah the best ten.

Tragis sekali Jakarta jatuh di nomor 35 dibawah Bangalore, Kathmandu, Chongging, Yangon, Chittagong.................

Kota komunis Ho Chi Minh saja masih dapat nomor 23, Kuching no 11, Cebu City no14, Manila no 16, Davao City no 19.

Dalam perekonomian kita pun paling meyedihkan: pertumbuhan GDP minus17.4%, cadangan devisa kecuali emas, minus$3.8 milyar.

Dalam perbandingan GDP kita hampir sama dengan Filipina yang praktis tidak mempunyai sumber alamiah sekaya kita $3,520 dan GNP per kapitanya $1.203 sedangkan kita punya GDP $3750 tapi GNP per kapita hanya $981.

Myanmar saja masih punya GNP per kapita $753, Afghanistan yang tidak punya ekonomi masih $720, Srilangka $805, India dan RRC karena penduduknya masing masing hanya $387 dan $738.

GDP per kapita nomor wahid adalah AS $30.025 disusul Singapura $28.235, Swiss $26.170, Hongkong $24.550, Kanada $23.125, Jepang $23.105, Prancis $22.520, Italia $21.815, Inggeris $20.755.

Yang paling tinggi GNP per kapitanya adalah: Swiss $36,857, Jepang $33.800, Singapura $31.900, AS $29.950. Suatu hal yang patut dikagumi, Singapura dapat mengatasi AS dan menyusul Jepang.

Yang paling rendah GNP perkapitanya: Afghanistan yang memang tidak punya ekonomi samasekali, $150, Nepal $225, Kamboja $270, Vietnam $280, Bangladesh $283, Nigeria $340, India $387.

Dalam persentase, pertumbuhan paling tinggi secara ironis dicapai oleh Vietnam, 8.8%, RRC 7.6%, Laos 7.2%, Bhutan 6.6%, Srilangka 6.3%, Afghanistan 6%.

Yang paling parah adalah Indonesia minus17.4%, Malaysia -6.8%, PNG -6.5%, Thailand -6%.

Betapa buruknya nasib kita di tengah bangsa bangsa di Asia ini, namun masih saja kita cakar cakaran, bunuh bunuhan, saling mendongkel, saling nangkring, dan KKN tetap merajalela menurut laporan BPKP kepada DPR sudah mencapai Rp1.7 trilyun dalam masa 6 bulan rejim Habibie ini. Dengan demikian tetap kita menyia nyiakan pinjaman baru dari IMF sedangkan seluruh dunia berebut minta pinjaman IMF yang semakin sulit itu.

Bilakah kita akan mulai membangun kembali ekonomi yang sedah sekarat, 100 juta melarat, 20 juta kelaparan, situasi sosial semakin mendidih karena perekonomian semakin buruk terpuruk.

Pemilu yang merupakan satu satunya jalan untuk mengatasi krisis ekonosospol dewasa ini masih saja diundur undur, UU nya tetap mau digunakan untuk mempertahankan statuskuo melawan reformasi total.

Kita sudah mau masuk kedalam jurang yang tak ketahuan dalamnya (bottom-less pit) dan sejauh ini tidak ada pemimpin yang muncul untuk mengatasinya.

Sumber: H.S. Hidayat Supangkat
(http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1998/12/08/0012.html)

No comments: